Ledakan film Warkop DKI Reborn di bioskop bulan ini membuat banyak orang kemudian mengingat kembali sepak terjang Warkop. Sejak memulai debutnya di layar lebar pada 1979, trio legendaris yang dibintangi oleh Dono-Kasino-Indro telah mencetak 34 film yang semuanya sukses. Warkop DKI menjadi salah satu jaminan box office pada era tersebut. Warkop DKI merupakan sebuah grup lawak yang pada awalnya dibentuk oleh Nanu, Rudy, Dono, Kasino dan juga Indro. Mereka yang awalnya pertama kali meraih kesuksesan lewat salah satu program di dalam radio Prambors. Program tersebut disebut ‘Obrolan Santai di Warung Kopi’.
Fakta Warkop DKI yang Anda Tidak Ketahui
Bagi masyarakat Indonesia sendiri, Warkop DKI adalah sebuah grup lawak yang begitu legendaris. Tidak hanya bagi generasi masanya saja, Warkop DKI ini juga sangat disukai oleh generasi sekarang. Menjadi yang terlaris bukan lagi sebuah prestasi, melainkan tradisi. Indro, personil Warkop yang tersisa, mengenang kebersamaan dengan dua karibnya tersebut.
Sebelum mereka menggunakan nama Warkop DKI, kelompok lawak tersebut dikenal dengan nama Warkop Prambors. Namun karena masalah royalti yang pada saat itu harus mereka bayar, akhirnya Dono, Kasino, dan Indro sepakat menggunakan nama DKI sebagai salah satu inisial nama mereka menggantikan nama Prambors. Tidak hanya itu saja masih ada beberapa fakta menarik lainnya tentang Warkop DKI yang telah kami rangkum di bawah ini.
Balada senapan M16
Dono dahulu adalah seorang wartawan, penulis, dan karikaturis yang tak bisa dianggap enteng. Salah satu karikatur buatan Dono yang selalu bikin gerah pemerintah diantaranya : sketsa orang berkebaya, memakai helm, dengan menggenggam senapan M16. Di sekitarnya, ada sekumpulan rakyat. Gambar tersebut konon bahkan membuat koran tempat Dono bekerja dianggap bermasalah dengan pemerintah.
Asisten begawan sosiologi
Dono adalah salah satu asisten Begawan Sosiologi, Prof. Dr. Selo Soemardjan. Ia ternyata salah satu asisten yang paling cerdas. Selo Sumardjan memiliki dua asisten terbaiknya, Dono dan Prof. Dr. Paulus Wirutomo. Ketika pada saat itu Dono ditawari beasiswa S-3, Dono menolak. “Kalau saya berangkat, berarti Warkop DKI akan bubar. Itu tidak adil untuk kalian,” ucap Dono pada saat itu kepada Kasino dan Indro. Maka ia mengorbankan salah satu mimpinya demi Warkop.
Sang Konseptor
“Kasino itu bossy,” seperti yang dikenang oleh Indro tapi ia juga diakui sebagai seorang konseptor yang membuat Warkop DKI mampu bertahan dan akhirnya berhasil melegenda. Dialah yang berhasil mencetuskan berbagai macam ide, setahun idealnya Warkop membintangi tidak lebih dari dua film. Kasino juga yang berhasil mengingatkan, lawakan Warkop lainnya sebaiknya tidak sok cerdas. Kalau orang Jawa bilang, Kasino itu salah satu sembada (layak membanggakan diri). Warkop dapat everlasting berkat gagasan Kasino. Dia pemimpin Warkop yang sebenarnya dan dialah juga founder disamping Rudi Badil dan juga Mas Nano.”
Seragam putih abu-abu
Dono pada saat itu menjadi personel Warkop pada tahun 1974. Indro menyusul dua tahun kemudian. Kala itu, ia yang masih duduk di kelas 3 SMA.
Kamar khusus
Dono dan juga Kasino adalah bapak sekaligus juga seorang kakak bagi Indro. Mereka yang memotivasi Indro untuk menyelesaikan kuliah dan juga agar cepat meraih gelar sarjana. Di lokasi syuting, Kasino yang juga kerap bertanya, jika Indro sedang ujian. Kemudian, Kasino akan meminta kru untuk menyiapkan kamar khusus, agar nantinya Indro punya privasi untuk dapat belajar. Kasino pula yang minta kepada sang sutradara, agar nantinya adegan yang dimainkan oleh indro tidak terlalu banyak, agar nantinya ia masih memiliki banyak waktu senggang untuk belajar.
Awal Manggung Dapet Honor Rp 20 Ribu
Sebelum menjadi sangat terkenal karena film-film dan juga sinetronnya di televisi yang dibintangi, Warkop DKI terlebih dahulu melakukan sebuah lawakan di panggung. Warkop pertama kali muncul juga di acara publik pada perpisahan SMA IX Jakarta yang pada saat itu diadakan di Hotel Indonesia. Saat itu mereka hanya mendapat honor yaitu berupa uang transport sebesar Rp 20 ribu. Uang tersebut pun pada akhirnya habis untuk mentraktir makan teman-teman mereka.
Mat Yuk!
Dono yang selalu dijuluki “Mat Yuk” karena dirinya yang paling tidak betah berlama-lama di sebuah tempat. Misalnya saja, saat Dono merasa suatu pemotretan dan wawancara tersebut terlalu lama, ia akan bilang, “Yuk!” Indro dan juga Kasino saling pandang dan kemudian bertanya, “Yuk ke mana?” Dono akan balik menjawab, “Pokoknya, yuk ke mana aja, yang penting selesai.”
Film Warkop paling laris
Film Warkop yang pada saat itu paling laris adalah Maju Kena Mundur Kena. Indro yang mengatakan, “Zaman dulu belum adanya sistem box office. Biasanya yang dihitung hanyalah jumlah penonton yang ada di Jakarta. Kabarnya, jika di Jakarta, Film Maju Kena Mundur Kena berhasil mengantongi laba bersih hingga 1,5 miliar rupiah dan juga meraih 600 ribu penonton. Sejumlah produser juga menduga, penonton Maju Kena Mundur Kena di seluruh Indonesia bahkan bisa mencapai 5 juta.”
Film Warkop paling Jelek
Ternyata film yang paling jelek Warkop adalah IQ Jongkok atau Setan Kredit. Namun, sejelek-jeleknya film Warkop tetap box office. IQ Jongkok di Jakarta sendiri berhasil merangkul 400 ribu penonton. Jika dijumlah jumlah penonton di seluruh Indonesia tentunya bisa sejuta.
Anak emas
Film pertama Warkop, yang berjudul Mana Tahaaan, disutradarai Nawi Ismail. Ia juga cukup dikenal “sadis” di lokasi syuting. Rata-rata pemain retake biasanya sampai adegan 20 kali. Indro satu kali juga langsung beres. Karenanya, ia yang sering dijuluki anak emas sutradara Nawi. Saking sering retaknya, pemain lain membuat sebuah kesepakatan tak tertulis: siapa pun yang kena satu makian Nawi maka berhak mendapat donasi 1.000 rupiah. Jika pada saat itu 20 kali dimaki Nawi, artinya mendapat 20 ribu rupiah per hari, jumlah yang cukup besar saat itu. Alhasil, pada saat itu penghasilan Indro paling sedikit.
Warkop yang Alami Perubahan Personil
Pada awalnya seperti yang sudah kita bahas di atas, Warkop DKI yang muncul di radio Prambors ini lebih dikenal dengan nama Warkop Prambors. Beranggota awal yaitu lima orang Nanu, Rudy, Dono, Kasino dan juga Indro, personel Warkop ini kemudian perlahan-lahan mengalami perubahan. Hal ini terjadi karena pada saat itu Warkop mulai melakukan sebuah lawakan panggung, Rudy tidak berani tampil karena dirinya demam panggung. Perubahan kembali terjadi ketika Nanu kemudian meninggal di tahun 1983 karena sebuah penyakit liver.
Dono Ternyata Seorang Aktivis
Di balik tingkah lakunya yang konyolnya ternyata Dono adalah sosok yang intelek. Pemilik nama asli yaitu Wahjoe Sardono ini ternyata adalah seorang aktivis politik yang kemudian pernah terlibat dalam peristiwa Reformasi 1998. Fakta ini dibeberkan juga dalam buku yang tulis oleh Rudy Badil dan Indro Warkop yaitu dengan judul ‘Warkop Main-Main Jadi Bukan Main’.
Demikian itulah beberapa fakta yang masih jarang diketahui orang-orang tentang Warkop DKI. Saat ini yang tersisa dari warkop DKI yang legendaris tersebut hanya Indro. Namun berbagai karya yang dihasilkan oleh Warkop DKI hingga hari ini masih di senangi. Beberapa film remake Warkop DKI pun masih mendapatkan antusias yang tinggi, salah satu bukti bahwa masyarakat Indonesia sangat rindu dengan Warkop DKI.